'MATERI PILIHAN'

1.     AMNESIA
a.      Pengertian
Amnesia (dari Bahasa Yunani Ἀμνησία) adalah kondisi terganggunya daya ingat.  Penyakit amnesia adalah hilangnya ingatan atau memori seseorang, seperti kejadian, informasi dan pengalaman. Pada umumnya amnesia tidak menyebabkan hilangnya identitas diri. Gejala yang juga disebut sindrom amnestik ini biasanya jelas dan penderita tahu siapa dirinya, tapi kesulitan belajar tentang informasi dan membentuk memori baru. Amnesia disebabkan oleh kerusakan bagian otak yang penting untuk proses memori.
Dampak lain dari amnesia adalah ketidakmampuan membayangkan masa depan. Penelitian terakhir yang dipublikasikan dalam jaringan di Proceedings of the National Academy of Sciences menunjukkan bahwa amnesia dengan kerusakan pada hipokampus tidak dapat membayangkan masa depan. Hal ini terjadi karena bila seorang yang normal membayangkan masa depan, mereka menggunakan pengalaman masa lalu untuk mengkonstruksi skenario yang mungkin dihadapi. Sebagai contoh, seseorang yang mencoba membayangkan apa yang akan terjadi dalam pesta yang hendak didatanginya akan menggunakan pengalaman pesta sebelumnya untuk membantu mengkonstruksi kejadian di masa depan.

b.      Etiologi
Penyebab dari amnesia dibagi menjadi 2, yaitu :
®    Organik
Penyebab organik dapat berupa cedera atau kerusakan otak, akibat trauma penyakit atau penggunaan obat-obatan.


Jenis amnesia ini bisa disebabkan oleh :
§  Stroke
§  Peradangan otak (encephalitis) yang disebabkan oleh infeksi virus seperti herpes simplex virus (HSV) atau akibat reaksi autoimun terhadap kanker di dalam tubuh.
§  Kekurangan oksigen di otak (misalnya akibat serangan jantung, stres pernafasan atau keracunan karbon monoksida).
§  Penggunaan alkohol jangka panjang yang memicu kekurangan thiamin (vitamin B-1).


§  Tumor di area otak yang mengontrol memori.
§  Penyakit degeneratif otak, seperti penyakit alzheimer dan bentuk kepikunan lainnya.
§  Cedera kepala, seperti yang umum terjadi saat kecelakaan mobil bisa memicu kebingungan dan gangguan mengingat informasi baru, khususnya di awal-awal masa pemulihan. Akan tetapi, hal ini biasanya tidak menyebabkan amnesia parah.
®    Fungsional
Penyebab fungsional adalah faktor psikologis, seperti halnya mekanisme pertahanan ego. Gangguan ini disebabkan oleh shock atau trauma emosional, misalnya karena pernah menjadi korban kekerasan yang brutal. Dalam gangguan ini, seseorang bisa kehilangan memori personal. Namun biasanya hanya untuk sementara waktu.


c.       Faktor Resiko
Risiko mengalami amnesia akan meningkat jika :
¤  Operasi pada otak, cedera kepala atau trauma.
¤  Stroke.
¤  Penyalahgunaan alkohol.
¤  Kejang.

d.      Klasifikasi
Tipe-tipe amnesia yang paling umum, sebagai berikut :
o   Anterograde amnesia
Ketidakmampuan untuk mengingat kejadian-kejadian setelah terjadinya trauma atau penyakit yang menyebabkan amnesia.
o   Retrograde amnesia
Ketidakmampuan seseorang untuk mengingat kejadian-kejadian sebelum terjadinya suatu insiden.
Kedua kategori amnesia tersebut dapat muncul bersamaan pada pasien yang sama. Contohnya seperti pada pengendara sepeda motor yang tidak mengingat akan pergi kemana dia sebelum tabrakan (retrograde amnesia), juga melupakan tentang kejadian di rumah sakit dua hari setelahnya (anterograde amnesia).

e.      Gejala dan tanda
Beberapa gambaran utama amnesia, yaitu :
·        Gangguan mempelajari informasi baru. Sebagian besar orang dengan amnesia memiliki gangguan memori jangka pendek, mereka tidak bisa mengingat informasi baru. Memori-memori yang baru terjadi cenderung hilang, sedang ingatan yang sudah lama tertanam tetap bertahan. Beberapa orang bisa mengingat pengalaman masa kecil atau mengetahui nama-nama presiden di masa lampau, tapi tidak bisa mengingat nama presiden yang sedang menjabat.
·        Gangguan mengingat peristiwa-peristiwa masa lalu dan informasi sejenis sebelumnya. Banyak juga yang kesulitan mengingat memori sebelumnya.
·        Hilang ingatan ini tidak mengganggu kecerdasan, pengetahuan umum, kesadaran, tingkat perhatian, penilaian, kepribadian atau identitas seseorang. Orang-orang dengan amnesia biasanya bisa memahami kata-kata tertulis dan ucapan serta bisa mempelajari keterampilan seperti bersepeda atau bermain piano.
·        Mereka juga kemungkinan mengerti bahwa mereka mengalami gangguan memori.
·        Amnesia berbeda dengan kepikunan. Kepikunan juga meliputi hilang ingatan, tapi juga disertai gangguan kognitif lainnya sehingga memicu penurunan kemampuan mengerjakan aktivitas sehari-hari.
·        Gejala lainnya, yaitu bergantung kepada penyebabnya, amnesia juga ditandai oleh :
®    Ingatan atau kenangan yang salah, baik ingatan yang baru saja ditemukan atau dari memori asli yang salah urutan waktu.
®    Gangguan neurologis seperti gerakan yang tidak terkoordinasi, tremor atau kejang.
®    Kebingungan atau gangguan orientasi.

f.        Patofisiologi
Proses pembentukan ingatan merupakan proses yang kompleks dan masih belum banyak dimengerti. Ingatan atau memori merupakan hasil dari perubahan kimia atau struktural pada penyaluran sinyal yang terjadi antarsel saraf satu dan lainnya. Adanya perubahan tersebut mengakibatkan terbentuknya semacam “jalur” perambatan sinyal. Jalur ini disebut dengan memory traces. Sinyal dapat berjalan sepanjang memory traces tersebut menuju ke otak. Pertama-tama, memori disimpan sebagai memori jangka pendek. Memori jangka pendek adalah memori yang bertahan dalam hitungan detik sampai jam, seperti ketika kita mengingat nomor telepon. Memori jangka panjang bisa bertahan dalam hitungan hari, tahun, bahkan seumur hidup.


Proses perubahan memori jangka pendek dan jangka panjang disebut proses konsolidasi. Pada proses tersebut, memori jangka pendek mengalami perangsangan berulang-ulang sehingga terjadi perubahan yang lebih permanen pada sel saraf. Proses tersebut diduga terjadi pada bagian temporal otak yang disebut hipokampus.
-          Pada amnesia retrograde biasanya terjadi setelah insiden yang mengganggu aktivitas listrik otak, misalnya karena stroke atau benturan pada kepala. Pada saat itu, memori jangka pendek terganggu sehingga orang tersebut tidak dapat mengingat kejadian beberapa jam sebelum insiden tersebut. Trauma yang lebih parah dapat pula mengganggu memori jangka panjang.
-          Pada amnesia anterograde yang terjadi adalah ketidakmampuan menyimpan memori pada penyimpanan jangka panjang untuk kemudian dikeluarkan kembali. Biasanya amnesia ini terkait dengan kerusakan pada bagian temporal otak yang bertanggung jawab untuk konsolidasi. Orang yang menderita amnesia tipe ini dapat mengingat apa yang mereka pelajari sebelum terjadinya amnesia, tapi mereka tidak dapat menyimpan memori baru yang permanen. Di samping itu, pada kasus-kasus amnesia, memori yang menyangkut kemampuan-kemampuan yang dipelajari seperti kemampuan bahasa, berolahraga, berhitung, termasuk identitas diri tidak akan hilang kecuali pada kasus transient global amnesia yang jarang sekali terjadi.


g.      Perawatan
Penanganan pada penderita amnesia dapat dilakukan dengan pendekatan suportif. Pendekatan berupa mendekatkan hal-hal yang berkaitan baik waktu dan tempat yang pernah atau sedang dialami penderita.
Orang-orang yang menderita amnesia biasanya akan pulih seiring berjalannya waktu. Selama proses pemulihan, mereka biasanya mengingat memori yang sudah lebih lama disimpan, lalu baru mengingat memori yang lebih baru terjadi, sampai seluruh memori yang hilang pulih. Akan tetapi, memori yang terjadi sekitar waktu terjadinya amnesia terkadang tidak pernah pulih. Untuk mempercepat pemulihan amnesia, biasanya diberikan terapi atau obat-obatan yang meningkatkan fungsi otak. Di luar terapi dan obat-obatan, cara yang paling ampuh adalah menyediakan kondisi yang memberi rasa aman bagi penderita.
Perawatan yang dapat dilakukan :
o   Terapi
Menurut Ketua Ikatan dokter Indonesia (IDI) Kota Bandarlampung dr. Boy Zaghlul Zaini D.K., untuk penanganannya amnesia biasanya dapat disembuhkan dengan cara terapi atau pendekatan suportif. Yakni dengan mendekatkan hal-hal yang berkaitan, baik waktu dan tempat yang pernah atau sedang dialami penderita.
o   Obat
Ditambah dengan meminum obat untuk mengaktifkan kembali sel-sel saraf pusat otak yang rusak. Seperti obat Neuro Protektor, Ceredral Aktifator dan Neurotropik. Penderita juga harus mengonsumsi multivitamin dan menjaganya agar tidak mengalami trauma yang kedua.
o   Olahraga
Tak ada lagi alasan untuk malas berolahraga. Karena selain membuat tubuh lebih bugar dan sehat, olahraga juga diyakini mampu meningkatkan kemampuan otak.


Studi mutakhir yang dilakukan ilmuwan dari Amerika Serikat yang dirilis Decha Care menyatakan, olahraga bisa membantu pembentukan sel-sel baru di daerah otak yang berkaitan dengan kemampuan mengingat.

h.      Pencegahan
Karena kerusakan otak dapat menjadi akar dari masalah amnesia, maka sangat penting untuk mengambil langkah dalam memperkecil peluang ada terkena cedera otak. Sebagai contoh :
·        Hindari penggunaan alkohol secara berlebihan.
·        Memakai helm ketika bersepeda atau menggunakan sabuk pengaman ketika menyetir.
·        Obati infeksi dengan cepat sehingga tidak menyebar ke otak.
·        Cari pertolongan medis darurat jika anda memiliki gejala apapun yang menunjukkan stroke atau aneurysm pada otak, seperti sakit kepala parah atau mati rasa pada satu sisi.

i.        Daftar Pustaka
                            . http://www.kaskus.us/showthread.php?t=8009637. Diakses : 3 Juni 2011
                            . http://health.kompas.com/direktori/yourbody/126. Diakses : 3 Juni 2011




**Catatan Perkuliahan Psikiatri Semester 4, S1 Keperawatan STIKes Medistra Indonesia, Tahun 2011, Bekasi.

**WA,,(Materi Pilihan)




2.     HALUSINASI
a.      Pengertian
Beberapa definisi halusinasi menurut para ahli, sebagai berikut :
o   Halusinasi adalah pengalaman panca indera tanpa adanya rangsangan (stimulus) misalnya penderita mendengar suara-suara, bisikan di telinganya padahal tidak ada sumber dari suara bisikan itu (Hawari, 2001).
o   Halusinasi adalah persepsi sensorik yang keliru dan melibatkan panca indra (Isaacs, 2002).


o   Halusinasi adalah gangguan penyerapan atau persepsi panca indera tanpa adanya rangsangan dari luar yang dapat terjadi pada sistem penginderaan dimana terjadi pada saat kesadaran individu itu penuh dan baik. Maksudnya rangsangan tersebut terjadi pada saat klien dapat menerima rangsangan dari luar dan dari dalam diri individu. Dengan kata lain klien berespon terhadap rangsangan yang tidak nyata, yang hanya dirasakan oleh klien dan tidak dapat dibuktikan (Nasution, 2003).
o   Halusinasi adalah ketidakmampuan klien dalam mengidentifikasi dan menginterpretasikan stimulus yang ada sesuai yang diterima oleh panca indra yang ada (Fortinash, 1995).
o   Halusinasi adalah suatu keadaan dimana individu mengalami suatu perubahan dalam jumlah atau pola rangsang yang mendekat (baik yang dimulai secara eksternal maupun internal) disertai dengan respon yang berkurang dibesar-besarkan, distorsi atau kerusakan rangsang tertentu (Towsend, 1998)
o   Halusinasi merupakan gangguan atau perubahan persepsi dimana klien mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi. Suatu penerapan panca indra tanpa ada rangsangan dari luar. Suatu penghayatan yang dialami suatu persepsi melalui panca indra tanpa stimulus eksteren yaitu persepsi palsu (Maramis, 2005).
o   Halusinasi adalah sensasi panca indera tanpa adanya rangsangan. Klien merasa melihat, mendengar, membau, ada rasa raba dan rasa kecap meskipun tidak ada sesuatu rangsang yang tertuju pada kelima indera tersebut (Izzudin, 2005).
o   Halusinasi adalah kesan, respon dan pengalaman sensori yang salah (Stuart, 2007).
o   Halusinasi adalah persepsi sensori yang salah atau pengalaman persepsi yang tidak sesuai dengan kenyataan (Sheila L Vidheak, 2001 : 298).
o   Halusinasi adalah sensori yang timbul berdasarkan pada stimulus internal yang tidak sesuai kenyataan (Ruth F. Cvaven, 2002 ; 1179).
o   Halusinasi adalah penginderaan tanpa sumber rangsangan eksternal (Vavold I. Koplen, 1998 : 267).
Dari beberapa pengertian yang dikemukan oleh para ahli mengenai halusinasi di atas, maka peneliti dapat mengambil kesimpulan bahwa halusinasi adalah persepsi klien melalui panca indera terhadap lingkungan tanpa ada stimulus atau rangsangan yang nyata. Kualitas dari persepsi itu dirasakan oleh penderita sangat jelas, substansial dan berasal dari luar ruang nyatanya. Definisi ini dapat membedakan halusinasi dengan mimpi, berkhayal, ilusi dan pseudohalusinasi (tidak sama dengan persepsi sesungguhnya, namun tidak dalam keadaan terkendali). Contoh dari fenomena ini adalah dimana seseorang mengalami gangguan penglihatan, dimana ia merasa melihat suatu objek, namun indera penglihatan orang lain tidak dapat menangkap objek yang sama.

b.      Faktor-Faktor Penyebab
Menurut Stuart (2007), faktor penyebab terjadinya halusinasi adalah :
1)      Faktor predisposisi
®    Biologis
Abnormalitas atau gangguan perkembangan dan fungsi otak, susunan syaraf-syaraf pusat dapat menimbulkan gangguan realita. Gejala yang mungkin timbul adalah hambatan belajar, berbicara, daya ingat dan muncul perilaku menarik diri.
®    Psikologis
Cara asuh keluarga, pengasuh dan lingkungan klien sangat mempengaruhi respon dan kondisi psikologis klien. Salah satu sikap atau keadaan yang dapat mempengaruhi gangguan orientasi realitas adalah penolakan atau tindakan kekerasan dalam rentang hidup klien.
®    Sosial Budaya
Kondisi sosial budaya mempengaruhi gangguan orientasi realita seperti kemiskinan, konflik sosial budaya (perang, kerusuhan, bencana alam) dan kehidupan yang terisolasi disertai stress.
2)      Faktor Presipitasi
Secara umum klien dengan gangguan halusinasi timbul gangguan setelah adanya hubungan yang bermusuhan, tekanan, isolasi, perasaan tidak berguna, putus asa dan tidak berdaya. Penilaian individu terhadap stressor dan masalah koping dapat mengindikasikan kemungkinan kekambuhan (Keliat, 2006).

c.       Tanda dan Gejala Halusinasi
Menurut Hamid (2000) dan Mary C. Townsend (1998 : 98-103), perilaku klien yang terkait dengan halusinasi adalah sebagai berikut :
§  Bicara sendiri.
§  Senyum sendiri.
§  Ketawa sendiri.
§  Menggerakkan bibir tanpa suara.
§  Pergerakan mata yang cepat.
§  Respon verbal yang lambat.
§  Menarik diri dari orang lain.
§  Berusaha untuk menghindari orang lain.
§  Tidak dapat membedakan hal yang nyata dan tidak nyata.
§  Terjadi peningkatan denyut jantung, pernapasan dan tekanan darah.
§  Perhatian dengan lingkungan yang kurang atau hanya beberapa detik.
§  Berkonsentrasi dengan pengalaman sensori.
§  Sulit berhubungan dengan orang lain.
§  Ekspresi muka tegang.
§  Mudah tersinggung, curiga, jengkel dan marah.
§  Tidak mampu mengikuti perintah dari perawat.
§  Mengatakan mendengar suara, melihat, mengecap, mencium dan merasa sesuatu yang tidak nyata.
§  Merusak diri sendiri, orang lain dan lingkungan.
§  Tidak mampu memusatkan perhatian dan konsentrasi.
§  Pembicaraan kacau, kadang tidak masuk akal.
§  Sikap curiga.
§  Ketakutan.
§  Memperlihatkan permusuhan.
§  Mendekati orang lain dengan ancaman.
§  Memberikan kata-kata ancaman dengan rencana melukai.
§  Menyentuh orang lain dengan cara yang menakutkan.

d.      Klasifikasi
Jenis-jenis dari halusinasi, antara lain :
o   Halusinasi pendengaran (akustik)
Mendengar suara atau kebisingan, paling sering suara orang. Suara berbentuk kebisingan yang kurang jelas sampai kata-kata yang jelas berbicara tentang klien, bahkan sampai pada percakapan lengkap antara dua orang yang mengalami halusinasi.


Pikiran yang terdengar dimana klien mendengar perkataan bahwa klien disuruh untuk melakukan sesuatu yang terkadang dapat membahayakan.
Halusinasi ini sering berbentuk :
-          Akoasma, yaitu suara-suara yang kacau balau yang tidak dapat dibedakan secara tegas.
-          Phonema, yaitu suara-suara yang berbentuk suara jelas seperti yang berasal dari manusia, sehingga penderita mendengar kata-kata atau kalimat kalimat tertentu


o   Halusinasi penglihatan (visual)
Stimulus visual dalam bentuk kilatan cahaya, gambar geometris, gambar kartun, bayangan yang rumit atau kompleks.




Bayangan bias yang menyenangkan atau menakutkan seperti melihat monster. Halusinasi visual sering menimbulkan ketakutan yang hebat pada penderita.


o   Halusinasi pembauan (olfaktorik)
Membaui bau-bauan tertentu seperti bau darah, urin dan feses, umumnya bau-bauan yang tidak menyenangkandan yang tidak dia sukai. Halusinasi pembauan sering terjadi akibat stroke, tumor, kejang atau dimensia. Halusinasi ini merupakan gambaran dari perasaan bersalah penderita.
o   Halusinasi pengecapan
Merasa mengecap rasa seperti rasa darah, urin atau feses, sesuatu yang tidak dia sukai.
o   Halusinasi perabaan (taktil atau haptik)
Halusinasi ini merupakan suatu persepsi, di mana seolah-olah tubuh penderita bersentuhan secara fisik dengan manusia lain atau benda lain, mengalami nyeri atau ketidaknyamanan tanpa stimulus yang jelas. 


   (Merasa nyeri di tubuhnya)
Rasa tersetrum listrik yang datang dari tanah, benda mati atau orang lain. Seringkali halusinasi ini bercorak seksual dan sangat sering dijumpai pada pencandu narkoba.
o   Halusinasi autoskopi
Penderita seolah-olah melihat dirinya sendiri berdiri di hadapannya.

o   Halusinasi kinestetik
Penderita merasa bahwa anggota tubuhnya terlepas dari tubuhnya, mengalami perubahan bentuk, dan bergerak sendiri serta merasakan fungsi tubuhnya seperti aliran darah di vena atau arteri, pencernaan makan atau pembentukan urine. Hal ini sering terjadi pada penderita Schizophrenia dan pencandu narkoba.

e.      Tahapan Halusinasi
Berdasarkan Stuart dan Laraia (2001), tahapan terjadinya halusinasi terdiri dari 4 fase, yaitu :
TAHAP
KARAKTERISTIK
PERILAKU KLIEN
1.      Tahap 1
Memberi rasa nyaman tingkat ansietas sedang secara umum, halusinasi merupakan suatu kesenangan.
Klien mengalami perasaan mendalam seperti ansietas, kesepian, rasa bersalah dan takut serta mencoba untuk berfokus pada pikiran yang menyenangkan untuk meredakan ansietas.
Fikiran dan pengalaman sensori mesih ada dalam kontrol kesadaran.

Di sini klien tersenyum atau tertawa sendiri yang tidak sesuai, menggerakkan lidah tanpa suara, pergerakan mata yang cepat, diam dan asik sendiri.
2.      Tahap 2
Menyalahkan, tingkat kecemasan berat secara umum, halusinasi menyebabkan perasaan antipati.
Pengalaman sensori menjijikkan dan menakutkan.klien merasa dilecehkan oleh pengalaman sensori tersebut. Klien mulai lepas kendali dan mungkin mencoba untuk mengambil jarak dirinya dengan sumber yang dipersepsikan.

Disini terjadi peningkatan tanda-tanda sistem saraf otonom akibat ansietas seperti peningkatan tanda-tanda vital (denyut jantung, pernapasan dan tekanan darah), perhatian dengan lingkungan berkurang, asyik dengan pengalaman sensori dan kehilangan kemampuan untuk membedakan halusinasi dengan realita.
3.      Tahap 3
Mengontrol tingkat kecemasan berat dan pengalaman halusinasi tidak dapat ditolak lagi.
Klien menerima, berhenti menghentikan perlawanan terhadap halusinasi dan menyerah pada halusinasi (pengalaman sensori) tersebut.

Di sini klien sukar berhubungan dengan orang lain, berkeringat, tremor, tidak mampu mematuhi perintah dari orang lain, perhatian terhadap lingkungan berkurang hanya beberapa detik dan berada dalam kondisi yang sangat menegangkan terutama jika akan berhubungan dengan orang lain.

4.      Tahap 4
Klien sudah dikuasai oleh halusinasi, klien panik.
Pengalaman sensori menjadi mengancam jika klien mengikuti perintah halusinasi.
Di sini terjadi perilaku kekerasan, panik, agitasi, menarik diri, tidak mampu berespon terhadap perintah yang kompleks dan tidak mampu berespon lebih dari 1 orang. Kondisi klien sangat membahayakan.


f.        Akibat Dari Halusinasi
Pasien yang mengalami gangguan halusinasi dapat beresiko menciderai diri sendiri, orang lain dan lingkungannya. Resiko menciderai merupakan suatu tindakan yang kemungkinan dapat melukai atau mebahayakan diri, orang lain dan lingkungan.

g.      Terapi
Farmakotherapi (anti psikotik) harus ditunjang oleh psikoterapi, seperti :
o   Klorpromazin 150 – 600 mg/hari
o   Haloperidol 5 – 15 mg/hari
o   Porpenozin 12 – 24 mg/hari
o   Triflufirazin 10 – 15 mg/hari
Obat dimulai dengan dosis awal sesuai dengan dosis anjuran, dinaikkan dosis tiap 2 minggu dan bisa pula dinaikkan sampai mencapai dosis (stabilisasi), kemudian diturunkan setiap 2 minggu sampai mencapai dosis pemeliharaan. Dipertahankan 6 bulan – 2 tahun (diselingi masa bebas obat 1 – 2 hari/minggu). Kemudian tapering off, dosis diturunkan tiap 2 – 4 minggu dan dihentikan.

h.      Daftar Pustaka
                         . http://id.shvoong.com/social-sciences/psychology/1905489-ilusi-dan-halusinasi/#. Diakses : 3 Juni 2011
                        .  http://yoedhasflyingdutchman.blogspot.com/2010/04/asuhan - keperawatan-pasien-dengan_6152.html. Diakses : 3 Juni 2011
                    . http://www.scribd.com/doc/45946576/HALUSINASI. Diakses : 3 Juni 2011


**Catatan Perkuliahan Psikiatri Semester 4, S1 Keperawatan STIKes Medistra Indonesia, Tahun 2011, Bekasi

**WA,,(Materi Pilihan)